Bagaimana kebenaran terkait listrik kedondong yang sempat viral di Indonesia?

Media terlalu melebih-lebihkan. Itu saja.

Klaim: Naufal (15 tahun), siswa MTsN 1 Langsa, Aceh, berhasil menemukan energi listrik yang bersumber dari pohon kedondong, dan telah digunakan untuk menghidupi sebanyak 60 rumah.[1]

Nyatanya, tidak ada satu rumah pun yang dihidupi oleh listrik kedondong ini [2].

Dan sampai kapan pun, secara praktis tidak akan bisa.

Sebenarnya listrik kedondong ini tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dalam eksperimen sains sederhana: baterai lemon.

Prinsipnya, ketika dua buah logam yang berbeda dimasukkan ke dalam larutan, maka ia akan memiliki potensial listrik yang berbeda. Perbedaan potensial listrik inilah yang kemudian menyebabkan adanya aliran muatan listrik.

Dalam hal ini, Naufal melakukan inovasi dengan mengganti medium elektrolitnya dengan menggunakan pohon kedondong.

Hasilnya apa?

Alat ini bisa menghasilkan listrik! Tentu saja.

Tapi listrik yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda dengan baterai lemon…

…dan tidak akan bisa digunakan untuk menggantikan listrik PLN.

Lha jangankan dengan pohon kedondong.

Satu tahun sebelum kabar tentang listrik kedondong ini viral (yaitu tahun 2016), untuk keperluan tugas eksperimen fisika sederhana di kampus, saya membuat proyek sederhana untuk menghasilkan listrik dari air.

Dengan prinsip yang sama dengan listrik kedondong di atas, saya bisa menghidupkan lampu LED kecil dengan menggunakan air dan jarum pentul.

(Ini foto saat coba-coba)

Dan sebagaimana publik yang riuh terhadap temuan listrik kedondong di atas, teman-teman saya (termasuk kakak tingkat) pun banyak yang takjub:

“Lho, emang bisa ya ngehasilin listrik pake air?”

“Wadaww beneran bisa nyala lho LED nya!”

“Wah, bisa dapet listrik gratis nih kita”

Makanya saya tidak begitu kaget ketika melihat banyak orang (termasuk wartawan) yang terlalu bangga dengan temuan listrik kedondong di atas. Namanya juga belum pernah lihat.

“Penemuan anak bangsa nih!”

“Ayo pemerintah bantu wujudin listrik kedondong skala besar”

Kesimpulan yang saya berikan adalah bahwa temuan ini masih jauh dari kata sempurna.

Dan pengembangan secara apapun, secara teoritik tidak akan bisa membuat energi dari listrik kedondong ini mampu menghidupi rumah secara kontinyu.

Kita harus apresisasi Naufal, karena di umurnya yang masih sangat muda, ia mempunyai keingintahuan yang tinggi dan menghasilkan karya berupa listrik kedondong.

Namun demikian, kita juga tidak seharusnya asal percaya dengan apa yang dikatakan media.

Listrik kedondong memang tidak cocok digunakan dalam pembangkit listrik skala besar. Tapi, bukan berarti listrik kedondong ini tidak ada manfaatnya sama sekali.

Listrik yang dihasilkan sangatlah kecil, berada pada orde microwatt, yang sangat tidak cukup untuk konsumsi listrik wajar…

…tapi sudah cukup untuk digunakan pada sensor [3][4].

Hal ini seperti apa yang telah dikembangkan oleh peneliti dari MIT untuk menjaga hutan dari kebakaran [5].

Mereka memasang sensor yang dapat membantu banyak dalam penyediaan data iklim, yang dapat digunakan untuk prediksi dan antisipasi kejadian kebakaran hutan.

Sensor ini dihidupkan dengan listrik dari pohon, sehingga sangat efisien—daripada harus dihidupkan dengan baterai, yang lebih mahal dan lebih ribet.

Ya, walaupun listrik kedondong ala Naufal masih jauh dari kata sempurna, apa yang ia lakukan bisa menjadi inspirasi untuk membuka kembali jalan riset di bidang ini [6][7].

Catatan Kaki


Tulisan ini sebelumnya telah dipublikasikan di Quora. Baca tulisan aslinya di sini.