Apakah helikopter Gardes JN 77 GM buatan tukang bubut Sukabumi bisa terbang?

Tentu saja tidak bisa.

Bukan bermaksud merendahkan atau bagaimana, tapi dengan spesifikasi yang digunakan, helikopter tersebut jelas tidak bisa terbang berdasarkan hukum fisika.

helikopter sukabumi

Berikut ini adalah spesifikasi helikopter Gardes JN-77 yang telah saya rangkum dari berita-berita:

  • Mesin: 24 HP 3.600 RPM 700 cc
  • Berat: 200 kg
  • Penumpang: max 4 orang
  • Diameter baling-baling: 8 meter

Ada dua poin yang hendak saya tunjukkan yang membuktikan bahwa helikopter tersebut tidak mungkin bisa terbang.

Analisis ini juga saya tampilkan di akun instagram DTECH-ENGINEERING. Anda bisa melihat dan mengikutinya di @dtech.engineering

PERTAMA: Daya Mesin

Untuk mengangkat beban total sebesar 400 kg (terdiri dari berat helikopter 200 kg dan 4 orang penumpang @50 kg), dibutuhkan daya minimal sebesar 30 HP.

Berikut ini adalah perhitungan sederhana yang saya buat:

(Gambar: @dtech.engineering)

Sementara itu, daya mesin yang digunakan oleh Helikopter Gardes JN-77 adalah 24 HP.

Lebih rendah daripada nilai yang dibutuhkan.

Dengan begitu, tentu helikopternya tidak bisa terbang.

Padahal perhitungan itu saya buat dengan pertimbangan efisiensi 100%.

Dalam dunia nyata, di mana keseluruhan efisiensi helikopter sekitar 30%-an, daya yang dibutuhkan untuk helikopter tersebut bisa mencapai 100 HP.

Dalam salah satu pemberitaan, Pak Jujun (pembuat helikopter tersebut) mengatakan:

Beliau beranggapan bahwa mesin genset 24 HP yang ia pakai bisa mengangkat bobot hingga 1,7 ton.

Padahal tidak begitu.

Memang sih, daya 24 HP (17 kW) itu bisa dikonversi untuk mengangkat beban 1,7 ton setinggi 1 meter dalam waktu 1 detik.

Tapi…

Itu hanya bisa dilakukan kalau mengangkat secara langsung: dengan dorongan atau dengan tarikan katrol.

Helikopter kan mengangkat beban dengan putaran baling-baling, di mana tidak semua energi mesin diubah menjadi gaya angkat… jadi anggapan bahwa mesin 24 HP bisa mengangakat 1,7 ton itu keliru.

KEDUA: Kecepatan baling-baling

helikopter sukabumi

Dengan panjang diameter baling-baling 8 meter dan putaran 3600 RPM, kecepatan baling-baling tersebut menjadi tidak masuk akal.

Nilai pitch speed (kecepatan baling-baling) nya adalah 5.400 km/jam.

Besar sekali!

5.400 km/jam itu setara dengan 4 kali kecepatan suara lho.

Dengan kecepatan yang setinggi itu, baling-balingnya pasti sudah patah terlebih dahulu. Mesinnya juga tidak kuat untuk mencapai kondisi itu.

Selain itu, pada kecepatan di atas kecepatan suara, behaviour dari udara sudah berubah dan gaya angkat yang diberikan akan menjadi lebih kecil.

Jika diteruskan, helikopter tersebut hanya akan bising memutar baling-baling (ngingggg…..) tapi tidak bisa terbang.

Pada umumnya, pitch speed dari helikopter dibatasi pada nilai 0,8 kali kecepatan suara agar bisa mendapatkan gaya angkat secara efisien.

Itulah kenapa helikopter-helikopter yang ada di dunia ini pada umumnya menggunakan putaran RPM yang kecil. Atau jika menggunakan RPM yang besar, panjang baling-balingnya akan dipendekkan, agar pitch speed nya lebih kecil dari ambang batas 0,8 kali kecepatan suara.

KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan sederhana yang saya tunjukkan di atas, bisa dibuktikan bahwa helikopter tersebut tidak bisa terbang dengan spesifikasi yang ada.

Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian kembali dari segi sistem dan struktur dari helikopter tersebut.

Tentu saja usaha Pak Jujun Junaedi untuk berinovasi membuat helikopter ini sangat patut untuk diapresiasi.

Dengan segala keterbatasan yang ada, beliau berani untuk bermimpi dan berkreasi.

Semangat ini harus kita contoh, bahwa harusnya Indonesia harus berani untuk mencipta, bukan hanya menjadi konsumen saja.

Namun demikian, inovasi tersebut juga harus didasarkan pada analisis ilmiah yang lengkap agar produk yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi.


Sebenarnya viral terkait helikopter Sukabumi ini juga tak lepas dari media-media di Indonesia yang hobinya membuat berita wah tanpa cross-check terlebih dahulu.

Kasus seperti ini juga sudah cukup sering terjadi di Indonesia:

  • Iron Man dari Bali
  • Listrik Kedondong[1]
  • Penemu 4G dari Indonesia[2]
  • dan banyak lagi lainnya

Saya cukup khawatir jika tren-tren seperti ini terus terjadi.

Oleh karena itu mohon bantuannya untuk dukung naik jawaban ini (untuk menyebarkannya), karena saya lihat dari berita-berita makin banyak orang yang termakan misinformasi yang ada.

Bahkan… Kemenristek dan LAPAN ingin meninjau helikopter tersebut

[3], begitu juga dengan pihak Google Indonesia yang ingin mengangkat kisah pembuatan helikopter tersebut [4].

Catatan Kaki