Hmmm... kenapa ya?

Saat meeting dengan perwakilan dari Youtube (Partner Manager) untuk channel Youtube saya, ada saran yang diberikan untuk membuat channel saya makin ramai: aktif di media sosial.

Misalnya... dengan membuat potongan-potongan video pendek, menunjukkan proses di balik layar, aktif berkomunikasi di instagram story, dan sejenisnya. Dengan begini, harapannya setiap video yang saya upload di Youtube akan memiliki potensi views yang lebih tinggi.

Well, tentu saja hal itu benar. Hampir semua kreator juga melakukannya. Tapi tetap saja, saya tidak nyaman untuk aktif di media sosial (Youtube bukan media sosial btw). Begitu juga saya tidak begitu nyaman untuk membuat video-video pendek.

Sebenarnya, saya mulai aktif membuat video tentang fisika di platform Tiktok. Saya membuat video pendek, merespon hal-hal viral di sana, membedahnya, dan sejenisnya. Metode ini saya lakukan dan berhasil membawa akun Tiktok saya naik dari 0 follower ke 20k followers (saya lupa sebenarnya). Video-video yang saya buat pun berhasil mendapat jumlah tayangan hingga ratusan ribu bahkan jutaan penonton.

Tapi setelah semua momen itu, saya merasa kosong.

"Wow! video ini yang nonton sampe satu juta orang!" Begitu pikir saya ketika ada salah satu video yang views-nya meledak.

Tapi besoknya...

nothing.

Tidak ada apa-apa.

Maksudnya gini. Dulu saya berpikir kalau satu juta views itu sangat banyak. Mungkin bisa mengubah pemahaman ataupun keadaan, baik bagi saya sendiri ataupun untuk penonton.

Tapi bahkan setelah video ditonton satu juta kali... tidak ada apapun yang terjadi.

Penonton mungkin sudah lupa besoknya, dan saya pun ternyata tidak dapat apa-apa dari jumlah tayangan sebanyak itu.

Ditambah dengan pola Tiktok yang sangat cepat berubah, kreator sangat mudah naik dan tenggelam... saya berpikir, jika saya terus-terusan membuat video Tiktok, maka ini jelas tidak akan sustain.

Maka saya pun mulai pindah ke Youtube.

Di Youtube, saya merasa lebih nyaman. Satu hal yang paling utama... jumlah views bisa langsung diubah menjadi pendapatan melalui Adsense. Dan ini benar-benar life-changing. Artinya, saya bisa fokus pada membuat video yang bagus, mendapat jumlah views yang banyak, lalu saya otomatis mendapat reward finansial dari situ. Ada sebuah feedback loop yang membuat Youtube bisa sustain.

Selain itu, dengan Youtube saya juga bisa membuat video yang lebih lengkap dan lebih mendalam. Tanpa perlu berbicara super cepat dan editan macam-macam seperti yang terjadi di platform video pendek.

Video yang lebih lengkap ini saya rasa jauh lebih baik jika tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman, bukan sekedar hiburan. Video panjang akan lebih mengena dan menempel daripada video pendek 1 menit yang akan langsung terlupakan setelah beberapa kali gerakan scroll.

Jadi jika disimpulkan... kenapa saya lebih aktif di Youtube?

Alasan utamanya dua:

  • Video bisa dibuat dengan lebih panjang dan lengkap, serta
  • Jumlah views video bisa langsung menghasilkan uang

Sementara itu, di platform video pendek, dua-duanya tidak bisa didapatkan--untuk saat ini.

Oh kelupaan.

Sebenarnya ada alasan ketiga: saya takut berinteraksi dengan orang.

Di Youtube, karena sifatnya yang hanya satu arah, maka saya tidak perlu berinteraksi secara langsung 1-on-1. Interaksinya bersifat parasocial: satu orang dengan banyak orang.

Dan ini berbeda dengan Instagram.

Di Instagram ada fitur DM, yang jujur saja, saya sering takut buka Instagram kalau ada orang yang kirim DM ke saya. Rasanya DM Instagram itu seperti harus dibalas, padahal saya bisa jadi tidak ingin membalas. Atau bingung mau balas apa. Apalagi misalnya yang kirim DM ini adalah orang terkenal, maka makin bingung lah saya.

Saya harap DM Instagram bisa dinonaktifkan seperti di Tiktok. Sekarang yang bisa dinonaktifkan baru reply instagram story saja (yang tentu sudah saya nonaktifkan). Kalau DM bisa dinonaktifkan, maka alasan takut berinteraksi ini bisa dihilangkan.

Tambahan lagi.

Alasan kedua tadi kenapa saya lebih aktif di Youtube adalah "Jumlah views video bisa langsung menghasilkan uang".

Jika dielaborasikan... sebenarnya ada peluang saya akan aktif lagi di media sosial, jika saya bisa (entah bagaimana caranya) meng-convert jumlah views video pendek menjadi uang.

Kalau di Tiktok, salah satu caranya adalah dengan menjadi affiliator produk. Tapi berhubung video saya tentang fisika, potensi produk yang bisa saya promosikan hanya sedikit.

Maka sebagai alternatifnya... saya harus punya produk sendiri.

Kalau saya punya produk sendiri, maka video-video pendek yang saya buat akan punya potensi untuk terkonversi menjadi penjualan. Oleh karena itu, dalam waktu dekat saya akan segera rilis buku. Ini adalah buku yang sudah ingin saya selesaikan sejak 3 tahun lalu sebenarnya, tapi entah kenapa ia baru selesai sekarang.

Kalau buku saya sudah rilis, maka saya akan mulai aktif di media sosial. Karena artinya views video pendeknya tidak akan menguap begitu saja, tapi ada potensi terkonversi ke penjualan buku.